Analisis
gerakan Radikalisme di Indonesia
Berita
mengenai tewasnya Santoso alias Abu Wardah, selaku pimpinan kelompok Mujahidin
Indonesia Timur (MIT), sudah banyak diterbitkan oleh media local maupun asing,
setelah terjadi pertempuran senjata dengan Satuan Tugas (SATGAS) Tinombala, di
belantara pegunungan Tambarana di Desa Kilo, kabupaten Poso, senin 18 September
2016.
Sesudah
kematiannya, banyak kalangan muslim yang memberikan tanggapan belasungkawa yang
berbalut dukungan terhadap gerakan mereka, maupun menorehkan pandangan kontra
terhadap perjuangan melawan pemerintah yang dilakukan oleh kelompok radikal
tersebut.
Namun,
banyak pula yang memberikan aroma simpatik kepada Santoso, karena keberaniannya
menkritik keadilah yang tidak kunjung seimbang dari Pemerintah, sehingga kurang
dirasakan oleh masyarakat Muslim Poso, pasca Konflik pada bulan Mei tahun 200
silam.
Sebagai
seorang Muslim, saya mengajak kepada netizen semua, mari mendo’akan yang
terbaik, agar almarhum mendapatkan tempat terbaik disisi Allah SWT, amin.
Setelah
itu, saya mengajak kepada para pembaca, mari kesampingkan kacamata rasa
prihatin, iba dan kasihan kita, dalam melihat gerakan radikalisme di Indonesia,
agar kita semua tidak kaku dan terjebak dalam hegemoni Jihad yang digelantarkan
oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur, agar mindset kita lebih objektif
melihat gerakan tersebut.
Gerakan
santoso lahir dari konflik agama di Poso pada pertengahan tahun 2000, ya sangat jelas dendam dan memperjuangkan hak
hidup, telah mengakar dari kejadian ini. di sini saya melihat, perjuangan
mereka masih murni perjuangan Islam. Namun, sejauh ini saya menganggap perjuangan
mereka tidak murni lagi, bila melihat gerakan mrka dari berbagai kacamata sudut
pandang, agar penalaran kita lebih objektif, seprti kacamata politik, apakah
ini murni perjuangan Islam, atau dakwah Islam hanya sebagai tameng untuk
meloloskan kepentingan kelompok tertentu,
Adapun
pertanyaan hipotesa kami, yakni darimana dana mrka dapati untuk membiayai
gerakan tersebut, bagaimana masyarakat sipil seperti mereka, dapat memproleh senjata
berkelas berat, termasuk tipe M16 yang bisa menghancurkan tank dan helikopter, kemudian
disetiap jedahnya mereka merekam aktivitas dengan kamera, maka oknum mana yan g
mendanai itu, apakaah partai politik, perusahaan atau korporasi dbalik itu
semua?, sehingga kita bisa mengetahui akar terorisme di Indonesia.
Bila
berkomentar lebih jauh, Santoso Cs dalam video unggahannya di Youtube, sudah menyatakan
diri bergabung dengan Islamic State Iraq
and Syria, Nah apakah tujuan dari gerakan ISIS ?, yakni merubah haluan Negara-negara
lain,, menjadi Ideologi Islam. Termasuk
Indonesia yang masih menganut sistem Demokrasi Pancasila, yang mempunyai
penduduk majemuk, keragaman Suku, Agama, Ras dan Budaya (SARA) dalam balutan
bingkai toleransi yang telah dijunjung tinggi oleh Founding Father kita terdahulu.
sementara
kami, Warga Alkhairaat (Lembaga Pendidikan dan Dakwah Islam terbesar di
Indonesia Timur) serta kader Nahdhatul Ulama (NU), dimana pendahulu kita,
memperjuangakn kemerdekaan Indonesia dengan darah dan air mata, ulama kita menyatakan
Ideologi Pancasila itu sudah final dan tidak bertentngan dengan Islam, dan
mencakup toleransi beragama di Indonesia setelah dirumuskan pada sidang BPUPKI tahun 1945 silam,,,
nah
sementara itu, orang Islam yang tidak sependapat dengan mereka (ISIS), dengan
mudahnya dikategorikan kafir dan musuh, serta layak untuk di bunuh? Padahal
kita sesama muslim, hal ini tidak sprti perjuangan Rasul dan sahabatnya dulu,
pada 14 abad silam.
Olehnya
kita perlu berpikir panjang, apakah ini murni perjuangan tauhid atau sudah
ditunggungi kepentingan politik. Selain
itu, siapakah yang layak di katakan Syuhada, TNI dan POlRI yang gugur setelah
membela bangsa dan tanah air, mengorbankan jiwa dan raga padahal mereka juga,
beragama Islam loh... dan saya sepakat merekalah yang layak dikatakan Syuhada.
Sadar atau tidak, gerakan ISIS bersama Ormas
pengusung Ide Khilafah lainnya, yang sudah masuk di Indonesia, telah membuat
toleransi beragama di Negara ini mulai rusak, terjadi pengeboman di Masjid, kenapa?
karena kita sendri yang mencontohkan, padahal Islam itu Rahmatan lil Alamin,
penuh kasih sayang, nah apakah menciptakan teror termasuk jalan yang diridhai
Allah? Wallahu a’lam.
No
Justifikasi !, akhir tulisan ini menegaskan kepada kita semua, agar tidak
mengambil kesimpulan yang berat sebelah. Biarkan hanya Allah yang menilai, Alm
Santoso bersama pengikutnya yang terlebih dahulu gugur, mendapatkan tempat
disisin-NYA, namun batasan kita selaku manusia, hanya memanjatkan do’a dan
melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk agama dan Negara.
Dalam
akhir surah An-Nahl ayat 125, Allah SWT berfirman, artinya:
Sesungguhnya
hanya Allah yang mengetahui siapa saja yang tersesat di Jalanya, dan Dia pula
lah yang mengetahui siapa yang diberikan petunjuk.
Semoga
kita semua termasuk hamba yang selalu diberikan petunjuk. Amiinn yaa Rabbal
aalamiin. . . .
Komentar
Posting Komentar